Senin, 07 Mei 2012

Sejarah Alfamart

Semula PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) bernama PT Alfa Mitramart Utama yang didirikan tanggal 22 Februari 1989. Kala itu pemegang saham perusahan adalah PT Alfa Retailindo Tbk (51%) dan PT Lancar Distrindo (49%).  Namun sejak 1 Agustus 2002 memakai nama Sumber Alfaria Trijaya setelah beralih pemegang saham menjadi PT HM Sampoerna Tbk (70%) dan PT Sigmantara Alfindo (30%).

Perusahaan yang berkantor pusat di Jl. M.H. Thamrin No. 9, Tangerang ini memulai usaha komersilanya pada 1989 dalam bidang perdagangan rokok.  Namun sejak tahun 2002, Alfamart bergerak dalam kegiatan usaha perdagangan eceran untuk produk konsumen dengan mengoperasikan jaringan minimarket dengan nama “Alfamart” yang berlokasi di beberapa tempat di Jakarta, Cileungsi, Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya, Cirebon, Cilacap, Semarang, Lampung, Malang dan Bali.


 

Jaringan minimarket perusahaan yang didirikan Djoko Susanto, mantan eksekutif produsen rokok raksasa, HM Sampoerna ini terdiri dari minimarket milik sendiri dan minimarket dalam bentuk kerjasama waralaba, dengan jumlah minimarket milik sendiri 2.396 (2009) dari semula 2.067 (2008) dan kerja sama waralaba 798 (2009) dari 592 (2008).

Pada tanggal 31 Desember 2008, Alfamart memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) untuk melakukan penawaran umum perdana sebanyak 343,177 juta saham dengan nilai nominal Rp100 per saham kepada masyarakat melalui Bursa Efek Indonesia (BEI). Di mana harga penawaran perdana dipatok sebesar Rp 395 per saham. Pada tanggal 15 Januari 2009, seluruh saham Alfamart telah dicatatkan di BEI.

Patut dicatat, Alfamart adalah perusahaan pertama yang berkukuh turun ke lantai bursa saat korporasi lainnya memilih untuk menunda atau bahkan membatalkan IPO, pada tahun 2009. Bahkan di industri ritel, Alfamart adalah perusahaan minimarket pertama yang melakukan aksi korporasi ini. Dengan kata lain, Alfamart merupakan minimarket pertama di Indonesia yang go public.

Kinerja Usaha

Hingga akhir 2009, Alfamart berharap bisa meningkatkan pendapatan tersebut menjadi Rp 10 triliun. Sementara sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, Alfamart sukses menggenjot peningkatan angka penjualan bersihnya mencapai Rp 7,588 triliun dari semula Rp 6,075 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Alhasil, meskipun beban pokok penjualan perseroan mengalami peningkatan tipis menjadi Rp 6,434 triliun dari semula Rp 5,153 triliun, perusahaan ritel ini masih mampu mengalami pertumbuhan laba kotor menjadi Rp 1,154 triliun dari Rp 921,802 miliar. Demikian juga dengan laba usaha yang meningkat menjadi Rp 128,716 miliar dari semula hanya Rp 106,667 miliar.

Catatan serupa juga dibukukan laba sebelum pajak penghasilan badan yang menanjak jadi Rp 132,509 miliar dari Rp 110,070 miliar. Sayangnya meningkatnya beban pajak membuat laba bersih Alfamart harus terpangkas sedikit menjadi Rp 111,971 miliar dari Rp 111,745 miliar dan laba bersih per saham dasar menjadi Rp 32,80 dari Rp 36,18.

Sementara itu, selama enam bulan pertama 2009, Alfamart mencatatkan pendapatan Rp4,5 triliun atau naik dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,6 triliun. Penjualan tersebut meningkat sekitar 25,5%.

Namun di sisi lain, Alfamart mengalami penurunan laba bersih sekitar 44,5% menjadi Rp 24,39 milliar selama selama semester pertama 2009, padahal pada periode yang sama 2008, laba perseroan membukukan Rp 44 milliar. Sementara itu,beban pokok penjualan juga naik menjadi Rp 3,83 triliun dari periode sama 2008 sebesar Rp 3,06 triliun. Akibatnya, laba kotor terbukukan Rp 688,8 milliar dari sebelumnya Rp 544,8 milliar.
Di sisi lain, beban usaha perseroan juga membengkak menjadi Rp 655,6 milliar dari sebelumnya Rp497,9 milliar. Kondisi itu membuat laba usaha perusahaan turun menjadi Rp 33,12 milliar dari sebelumnya Rp 46,93 milliar. Sedangkan laba bersih per saham turun dari Rp 14,25 menjadi Rp 7,16 per saham.  

Tahun ini sejumlah penghargaan juga diraih Alfamart, seperti Top Brand Award dan Indonesia Best Brand Award 2009, yang mencerminkan pencapaian kinerja perseroan yang terus membaik. Selain itu, prestasi Alfamart juga dapat dilihat dari jumlah gerai Alfamart yang terus berkembang pesat. Sebagai gambaran, per 31 Desember 2008, Alfamart memiliki 2.157 gerai minimarket  dan 622 minimarket Alfamart dalam bentuk waralaba. Angka ini terus berkembang dengan jumlah gerai per Mei 2009 mencapai 3.000 buah dengan gerai berbentuk waralaba sebanyak 711 buah yang tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera.

Lapangan Kerja
Dengan ribuan gerai dan memperkerjakan puluhan ribu pegawai, toh Alfamart tidak lekas puas, bahkan kian agresif mengepakkan sayap. Dalam agenda bisnisnya, ke depan Alfamart akan fokus mengembangkan gerai ke luar jawa, seperti Sumatera dan Sulawesi. Dalam melakukan ekspansi Alfamart nampaknya bakal memilih menggenjot bisnis waralabanya. Ini tak lepas dari keinginan sang pendiri, Djoko Susanto, yang berharap Alfamart tak hanya menjadi milik pribadi atau keluarga, tapi juga dimiliki masyarakat luas.
Terkait ekspansi pelebaran gerai, Alfamart menargetkan bisa membuka hingga 500 gerai per tahun. Itu artinya, Alfamart sabat tahun membuka lapangan kerja bagi sekitar 6 ribu orang/tahun atau 500 orang/bulan. Asumsinya rata-rata satu toko terdiri membutuhkan setidaknya 10-12 karyawan. Rinciannya, seorang kepala toko, satu asisten kepala toko, seorang merchandiser, 3-4 kasir, 4-5 pramuniaga. Sebagai informasi saja, di organisasi toko Alfamart jabatan terendah adalah kasir, lalu naik ke pramuniaga, berikutnya merchandiser, kemudian asisten kepala toko, dan tertinggi kepala toko.
Namun sejatinya, Alfamartnya tak sekedar menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Lebih dari itu, melalui Divisi SDM Alfamart membekali ketrampilan hidup (skill of life) bagi para pekerjanya. Sebab, ilmu yang diberikan lewat berbagai pelatihan internal Alfamart, sewaktu-waktu dapat mereka pakai jika tak lagi bekerja di lingkungan raksasa ritel tersebut.
Memang berbeda dari bisnis supermarket atau hypermarket, di ritel minimarket ini seorang karyawan garis depan dibentuk tak hanya menjadi penjaga toko, tetapi juga dituntut untuk menjadi wirausaha yang ikut merasa memiliki gerai tersebut. Jadi wajar saja jika program pelatihan karyawan menjadi salah satu  yang paling mendapat perhatikan.
Ini juga yang membuat level pelatihan di Alfamart pun terhitung lengkap dan mencakup semua bagian, baik dari tingkat basic, intermediate hingga advance. Bahkan dibandingkan perusahaan mana pun, boleh jadi Alfamart tergolong perusahaan yang paling getol menyelenggarakan training. Bayangkan saja, seorang pramuniaga dalam setahun minimal mengikuti tiga kali pelatihan.
Adapun bentuk pelatihannya bermacam-macam. Untuk tahap dasar karyawan Alfamart mendapat training bagaimana cara pengoperasian komputer, keterampilan menata barang, hingga kemampuan melayani para pembeli. Di tahap selanjutnya karyawan mendapat kesempatan melalap materi pelatihan penataan barang sampai kepemimpinan.
Di samping itu, saban tahun Alfamart menggelar Operation National Training bagi sekitar 500 koordinator area di seluruh Indonesia. Untuk diketahui saja, satu koordinator area membawahkan 8-10 gerai. Materi Operation National Training adalah pelatihan dasar tentang bagaimana memimpin, mengarahkan, mengontrol dan mengawasi anak buah. Tak hanya itu, nyaris seluruh koordinator area juga diberi kesempatan mengikuti studi banding ke luar negeri. Tujuannya, melihat bagaimana sistem pengoperasian minimarket di luar negeri, misalnya di Thailand dan Jepang.
Biasanya karyawan yang ikut studi banding akan diminta mencari lima hal yang paling baik dalam pengelolaan toko di negara bersangkutan. Misalnya, di mancanegara, ternyata ada seorang karyawan bisa menangani semua tugas. Contohnya, sebuah mobil dinas hanya dibawa seorang karyawan yang merangkap untuk mengangkat atau menurunkan barang. Diharapkan setelah studi banding, mata para koordinator area menjadi lebih terbuka yang akhirnya berdampak pada peningkatan produktivitas Alfamart.

Sumber : http://dcserpong.blogspot.com/2010/03/profile-alfamart.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar