Semula PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk
(Alfamart) bernama PT Alfa Mitramart Utama yang didirikan tanggal 22
Februari 1989. Kala itu pemegang saham perusahan adalah PT Alfa
Retailindo Tbk (51%) dan PT Lancar Distrindo (49%). Namun sejak 1
Agustus 2002 memakai nama Sumber Alfaria Trijaya setelah beralih
pemegang saham menjadi PT HM Sampoerna Tbk (70%) dan PT Sigmantara
Alfindo (30%).
Perusahaan yang
berkantor pusat di Jl. M.H. Thamrin No. 9, Tangerang ini memulai usaha
komersilanya pada 1989 dalam bidang perdagangan rokok. Namun sejak
tahun 2002, Alfamart bergerak dalam kegiatan usaha perdagangan eceran
untuk produk konsumen dengan mengoperasikan jaringan minimarket dengan
nama “Alfamart” yang berlokasi di beberapa tempat di Jakarta, Cileungsi,
Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya, Cirebon, Cilacap, Semarang,
Lampung, Malang dan Bali.
Jaringan
minimarket perusahaan yang didirikan Djoko Susanto, mantan eksekutif
produsen rokok raksasa, HM Sampoerna ini terdiri dari minimarket milik
sendiri dan minimarket dalam bentuk kerjasama waralaba, dengan jumlah
minimarket milik sendiri 2.396 (2009) dari semula 2.067 (2008) dan kerja
sama waralaba 798 (2009) dari 592 (2008).
Pada
tanggal 31 Desember 2008, Alfamart memperoleh pernyataan efektif dari
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) untuk
melakukan penawaran umum perdana sebanyak 343,177 juta saham dengan
nilai nominal Rp100 per saham kepada masyarakat melalui Bursa Efek
Indonesia (BEI). Di mana harga penawaran perdana dipatok sebesar Rp 395
per saham. Pada tanggal 15 Januari 2009, seluruh saham Alfamart telah
dicatatkan di BEI.
Patut
dicatat, Alfamart adalah perusahaan pertama yang berkukuh turun ke
lantai bursa saat korporasi lainnya memilih untuk menunda atau bahkan
membatalkan IPO, pada tahun 2009. Bahkan di industri ritel, Alfamart
adalah perusahaan minimarket pertama yang melakukan aksi korporasi ini.
Dengan kata lain, Alfamart merupakan minimarket pertama di Indonesia
yang go public.
Kinerja Usaha
Hingga
akhir 2009, Alfamart berharap bisa meningkatkan pendapatan tersebut
menjadi Rp 10 triliun. Sementara sepanjang sembilan bulan pertama tahun
ini, Alfamart sukses menggenjot peningkatan angka penjualan bersihnya
mencapai Rp 7,588 triliun dari semula Rp 6,075 triliun pada periode yang
sama tahun lalu.
Alhasil,
meskipun beban pokok penjualan perseroan mengalami peningkatan tipis
menjadi Rp 6,434 triliun dari semula Rp 5,153 triliun, perusahaan ritel
ini masih mampu mengalami pertumbuhan laba kotor menjadi Rp 1,154
triliun dari Rp 921,802 miliar. Demikian juga dengan laba usaha yang
meningkat menjadi Rp 128,716 miliar dari semula hanya Rp 106,667 miliar.
Catatan
serupa juga dibukukan laba sebelum pajak penghasilan badan yang
menanjak jadi Rp 132,509 miliar dari Rp 110,070 miliar. Sayangnya
meningkatnya beban pajak membuat laba bersih Alfamart harus terpangkas
sedikit menjadi Rp 111,971 miliar dari Rp 111,745 miliar dan laba bersih
per saham dasar menjadi Rp 32,80 dari Rp 36,18.
Sementara
itu, selama enam bulan pertama 2009, Alfamart mencatatkan pendapatan
Rp4,5 triliun atau naik dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar
Rp3,6 triliun. Penjualan tersebut meningkat sekitar 25,5%.
Namun
di sisi lain, Alfamart mengalami penurunan laba bersih sekitar 44,5%
menjadi Rp 24,39 milliar selama selama semester pertama 2009, padahal
pada periode yang sama 2008, laba perseroan membukukan Rp 44 milliar.
Sementara itu,beban pokok penjualan juga naik menjadi Rp 3,83 triliun
dari periode sama 2008 sebesar Rp 3,06 triliun. Akibatnya, laba kotor
terbukukan Rp 688,8 milliar dari sebelumnya Rp 544,8 milliar.
Di
sisi lain, beban usaha perseroan juga membengkak menjadi Rp 655,6
milliar dari sebelumnya Rp497,9 milliar. Kondisi itu membuat laba usaha
perusahaan turun menjadi Rp 33,12 milliar dari sebelumnya Rp 46,93
milliar. Sedangkan laba bersih per saham turun dari Rp 14,25 menjadi Rp
7,16 per saham.
Tahun
ini sejumlah penghargaan juga diraih Alfamart, seperti Top Brand Award
dan Indonesia Best Brand Award 2009, yang mencerminkan pencapaian
kinerja perseroan yang terus membaik. Selain itu, prestasi Alfamart juga
dapat dilihat dari jumlah gerai Alfamart yang terus berkembang pesat.
Sebagai gambaran, per 31 Desember 2008, Alfamart memiliki 2.157 gerai
minimarket dan 622 minimarket Alfamart dalam bentuk waralaba. Angka ini
terus berkembang dengan jumlah gerai per Mei 2009 mencapai 3.000 buah
dengan gerai berbentuk waralaba sebanyak 711 buah yang tersebar di Pulau
Jawa dan Sumatera.
Lapangan Kerja
Dengan
ribuan gerai dan memperkerjakan puluhan ribu pegawai, toh Alfamart
tidak lekas puas, bahkan kian agresif mengepakkan sayap. Dalam agenda
bisnisnya, ke depan Alfamart akan fokus mengembangkan gerai ke luar
jawa, seperti Sumatera dan Sulawesi. Dalam melakukan ekspansi Alfamart
nampaknya bakal memilih menggenjot bisnis waralabanya. Ini tak lepas
dari keinginan sang pendiri, Djoko Susanto, yang berharap Alfamart tak
hanya menjadi milik pribadi atau keluarga, tapi juga dimiliki masyarakat
luas.
Terkait
ekspansi pelebaran gerai, Alfamart menargetkan bisa membuka hingga 500
gerai per tahun. Itu artinya, Alfamart sabat tahun membuka lapangan
kerja bagi sekitar 6 ribu orang/tahun atau 500 orang/bulan. Asumsinya
rata-rata satu toko terdiri membutuhkan setidaknya 10-12 karyawan.
Rinciannya, seorang kepala toko, satu asisten kepala toko, seorang
merchandiser, 3-4 kasir, 4-5 pramuniaga. Sebagai informasi saja, di
organisasi toko Alfamart jabatan terendah adalah kasir, lalu naik ke
pramuniaga, berikutnya merchandiser, kemudian asisten kepala toko, dan
tertinggi kepala toko.
Namun
sejatinya, Alfamartnya tak sekedar menyediakan lapangan kerja bagi
masyarakat. Lebih dari itu, melalui Divisi SDM Alfamart membekali
ketrampilan hidup (skill of life) bagi para pekerjanya. Sebab, ilmu yang
diberikan lewat berbagai pelatihan internal Alfamart, sewaktu-waktu
dapat mereka pakai jika tak lagi bekerja di lingkungan raksasa ritel
tersebut.
Memang
berbeda dari bisnis supermarket atau hypermarket, di ritel minimarket
ini seorang karyawan garis depan dibentuk tak hanya menjadi penjaga
toko, tetapi juga dituntut untuk menjadi wirausaha yang ikut merasa
memiliki gerai tersebut. Jadi wajar saja jika program pelatihan karyawan
menjadi salah satu yang paling mendapat perhatikan.
Ini
juga yang membuat level pelatihan di Alfamart pun terhitung lengkap dan
mencakup semua bagian, baik dari tingkat basic, intermediate hingga
advance. Bahkan dibandingkan perusahaan mana pun, boleh jadi Alfamart
tergolong perusahaan yang paling getol menyelenggarakan training.
Bayangkan saja, seorang pramuniaga dalam setahun minimal mengikuti tiga
kali pelatihan.
Adapun
bentuk pelatihannya bermacam-macam. Untuk tahap dasar karyawan Alfamart
mendapat training bagaimana cara pengoperasian komputer, keterampilan
menata barang, hingga kemampuan melayani para pembeli. Di tahap
selanjutnya karyawan mendapat kesempatan melalap materi pelatihan
penataan barang sampai kepemimpinan.
Di
samping itu, saban tahun Alfamart menggelar Operation National Training
bagi sekitar 500 koordinator area di seluruh Indonesia. Untuk diketahui
saja, satu koordinator area membawahkan 8-10 gerai. Materi Operation
National Training adalah pelatihan dasar tentang bagaimana memimpin,
mengarahkan, mengontrol dan mengawasi anak buah. Tak hanya itu, nyaris
seluruh koordinator area juga diberi kesempatan mengikuti studi banding
ke luar negeri. Tujuannya, melihat bagaimana sistem pengoperasian
minimarket di luar negeri, misalnya di Thailand dan Jepang.
Biasanya
karyawan yang ikut studi banding akan diminta mencari lima hal yang
paling baik dalam pengelolaan toko di negara bersangkutan. Misalnya, di
mancanegara, ternyata ada seorang karyawan bisa menangani semua tugas.
Contohnya, sebuah mobil dinas hanya dibawa seorang karyawan yang
merangkap untuk mengangkat atau menurunkan barang. Diharapkan setelah
studi banding, mata para koordinator area menjadi lebih terbuka yang
akhirnya berdampak pada peningkatan produktivitas Alfamart.
Sumber : http://dcserpong.blogspot.com/2010/03/profile-alfamart.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar